Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sinopsis dan Review Film Dear David

Mari coba angkat tangan yang penasaran dengan Film Dear David sejak posternya dirilis! Kabar penayangan Dear David sendiri memang sudah dirilis sejak tahun lalu. Tepatnya ketika pihak Netflix Indonesia mengumumkan bahwa akan ada beberapa film original Netflix yang berasal dari Indonesia. Selain Dear David, setidaknya ada The Big 4—yang sudah lebih dulu tayang—dan ada Gadis Kretek, yang juga sudah sangat dinantikan penayangannya.

Well, kemunculan trailer Dear David lagi-lagi bikin penasaran. Selain karena sinematografi dan cuplikan adegan, genre fantasi yang terasa fresh dalam industri perfilman Indonesia pun, menjadi magnet tersendiri untuk segera menamatkan film garapan Palari Films tersebut.

review film dear david

Sinopsis Film Dear David

Pernahkah kamu membayangkan jika tulisan yang kamu rahasiakan ternyata bocor ke khalayak umum? Bagaimana jadinya? Malu? Panik? Takut? Atau malah semuanya? Demikianlah kira-kira gambaran perasaan Laras (Shenina Cinnamon).

Laras adalah siswi berprestasi. Di sekolah, selain mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya, ia juga menjabat sebagai ketua OSIS. Dalam hal hobi, Laras sangat suka menulis. Imajinasinya yang ada di kepala, ia tuangkan ke blog pribadinya.

Akan tetapi, cerita karangan Laras dinilai melampaui batas usianya dan tidak sesuai dengan image-nya yang anak baik-baik. Kalau kalian pernah mendengar ribut-ribut perihal penulis remaja yang begitu piawai menghasilkan tulisan dengan taburan adegan dewasa, seperti itulah Laras. Berjudul Dear David, Laras menjadikan David (Emir Mahira)—cowok yang ia taksir—, sebagai tokoh dalam ceritanya yang penuh dengan imajinasi liar.

Suatu hari, Laras melakukan keteledoran. Ia lupa log out dari komputer sekolah yang sebelumnya ia gunakan untuk melanjutkan cerita Dear David. Tulisan Laras bocor. Bukan cuma ke seantero sekolah tetapi juga ke lingkungan sosial Laras dan media sosial. Yup, seperti yang kita tahu, saat ini beragam informasi memang begitu mudah diakses di media sosial dan sangsi sosial paling besar bisa muncul dari sana.

Pihak sekolah dan teman-teman sekolah Laras tidak ada yang tahu siapa penulis cerita yang telanjur beredar luas tersebut. Meski interogasi dan penyelidikan telah dilakukan, hasilnya tetap nihil. Satu-satunya nama yang dicurigai adalah Dilla (Caitlin North Lewis), teman sekolah sekaligus sahabatnya Laras.

Dilla menjadi satu-satunya siswi yang dicurigai karena penampilan dan track record-nya yang dikenal sebagai cewek badung. Meski sudah mengelak dan meyakinkan pihak sekolah bahwa bukan ia penulis misterius yang sedang dicari-cari, nyatanya Dilla tetap di-skors sebagai bentuk hukuman.

Sejak cerita Dear David bocor ke publik, David menjadi bahan bullyan. Ia dilecehkan secara verbal maupun fisik oleh teman-teman sekolahnya. Seiring berjalannya waktu, melalui sebuah dialog petunjuk, David akhirnya tahu siapa penulis Dear David sebenarnya.

Kuatnya “bukti” membuat Laras tidak bisa berkelik. Sebagai upaya sogokan untuk tutup mulut, Laras bersedia ketika diminta oleh David untuk membantunya mendekati Dilla. Namun, bangkai tetaplah bangkai. Rahasia sosok asli penulis Dear David akhirnya terbongkar juga. Yup, semua orang akhirnya tahu Laras ada di balik kisah Dear David. Sejak hari itu, image dan kehidupan Laras berubah drastis. Beasiswanya dicabut, Laras terancam dikeluarkan dari sekolah.

film dear david

Review Film Dear David

Cukup membingungkan sebenarnya untuk memulai review film Dear David dari mana. Sebab, ada cukup banyak komponen yang rasanya memantik keresahan sekaligus apresiasi untuk dituliskan. Film Dear David mengangkat beragam isi sensitif dan tabu untuk dibicarakan.

Ada tentang pelecehan seksual (secara spesifik pelecehan seksual yang korbannya adalah laki-laki), remaja dengan fantasi seksualnya, ada pula tentang LGBT. Ketiga poin ini menurut saya sudah cukup untuk menggambarkan bahwa Film Dear David bukanlah sekadar kisah cinta-cintaan remaja.

Apakah cukup sampai di situ? Tidak. Masih ada tema terkait keluarga dan dunia pendidikan yang juga ikut disinggung dalam Film Dear david. Perpaduan semua isu dan tema tersebut membuat film Dear David hadir sebagai sebuah film yang punya pondasi kuat untuk menjadi sebuah film yang sayang untuk dilewatkan.

Sayangnya, solidnya isu dan tema yang diangkat, tidak dibarengi dengan alur cerita yang sama solidnya. Yang paling terasa mengganjal adalah melihat respons David dan Dilla, baik itu sebelum maupun setelah cerita Dear David karya Laras, bocor ke publik.

Saya berusaha memahami bahwa kemungkinan respons yang “kurang nendang” dari David dan Dilla adalah karena film ini ingin menekankan bahwa Laras pun adalah korban. Toh, tulisan Laras yang menjadikan David sebagai objek, adalah sebuah karya yang privat, tidak ia publikasikan. 

Namun, meski sudah meyakinkan diri, tetap saja masih ada yang terasa kurang. Entah karena story line filmnya yang memang begitu datar atau karena emosi pemainnya yang kurang tersampaikan.

Pun demikian dengan Dilla. Dua kali merasa dikhianati oleh sahabat sendiri, saya rasa adalah alasan yang kuat untuk menampilkan ledakan emosi. Namun, lagi-lagi saya tidak merasakan hal itu terjadi dari seorang Dilla.

Terlebih saat melihat endingnya, saya justru merasa ada yang terlalu dipaksakan dalam interaksi antara Dilla dan David. Endingnya terlalu too good to be true. Bukan karena asumsi bahwa David adalah korban dan Laras adalah “pelaku”, loh ya. Namun, lebih kepada tidak adanya alasan kuat untuk perkembangan hubungan antara David dengan Laras.

Belum lagi tentang gangguan kesehatan mental yang dialami oleh David. Topik ini masih terasa abu-abu bahkan sampai akhir film. Jika panik attacknya David diobati, bagaimana dengan traumanya sebagai korban pelecehan seksual? Hmm....

Meski demikian, bukan berarti tidak ada yang istimewa dari film ini.Saya suka bagaimana film ini menghadirkan tema keluarga sebagai support sistem paling andal saat menghadapi masalah kehidupan. Dialog saat adegan makan berdua antara Laras dan ibunya adalah moment yang paling berkesan.

Pidato Laras yang menguliti sekolahnya sendiri juga menampar dunia pendidikan secara nyata. Bagaimana sekolah yang hanya memerdulikan citra dan prestasi, tanpa mau menengok pada persoalan yang lebih penting. Dalam film ini, persoalan itu ada pada praktik perundungan bahkan pelecehan seksual. Siswa-siswi yang heboh sendiri ketika mendengar perihal pendidikan seksual adalah contoh betapa pihak sekolah masih belum maksimal memberi pendidikan seksual di lingkungan sekolah.

Sejak awal, pihak sekolah bahkan lebih aktif mencari tahu siapa penulis Dear David, tetapi tidak serius menyikapi bagaimana hal privat bisa disebarluaskan. Laras sebagai penulis, dapat hukuman. Bagaimana dengan pelaku penyebaran?

Ya, begitulah. Intinya film ini memang menghadirkan isu dan tema yang sangat menarik untuk ditonton. Namun sayangnya tidak berjalan mulus sampai akhir. Setidaknya, itu menurut pendapat saya.

Kalau kalian tertarik untuk nonton, cuss ke aplikasi Netflix dan tonton Film Dear David di sana. Semoga sinopsis dan review film Dear David yang telah kalian baca ini bisa memberikan informasi yang kalian butuhkan, ya!

Next, enaknya nonton film apa lagi ya di Netflix? Ada rekomendasi?


Author: UtamyyNingsih

Han
Han Lebih suka dipanggil Han ketimbang Lohan. Menikmati sebagai penuntut ilmu sejati. Blogger cupu yang punya mimpi seperti bos kapanlagi

Post a Comment for "Sinopsis dan Review Film Dear David "