Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ombak dan Harapan: Jauhari Tantowi dan Sekolah Pesisi Juang, Cahaya di Nusa Tenggara Barat

Indonesia adalah negara kepulauan, dan di balik keindahan pantainya, sering tersembunyi ironi: anak-anak pesisir, yang seharusnya akrab dengan samudra sebagai sumber kehidupan, justru terasing dari sumber ilmu pengetahuan yang layak. 

Kesenjangan pendidikan adalah ombak besar yang terus-menerus menghantam mimpi anak-anak nelayan.

Namun, di tengah kondisi yang serba terbatas di Kelurahan Bintaro, Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), muncul sebuah inisiatif kecil yang menolak pasrah pada keadaan. Inisiatif itu bernama Sekolah Pesisi Juang (SPJ), didirikan oleh seorang pemuda gigih bernama Jauhari Tantowi.

Perjuangan Jauhari dan Sekolah Pesisi Juang untuk menyediakan pendidikan gratis bagi anak-anak nelayan akhirnya menggaung ke tingkat nasional, mengantarnya menjadi salah satu finalis terbaik, bahkan menembus 10 besar, dalam ajang bergengsi SATU Indonesia Awards 2025 di kategori pendidikan. 

Terinspirasi dari kalimat Ki Hajar Dewantara :

"Setiap orang adalah guru, setiap buku adalah ilmu dan setiap tempat adalah sekolah".

Berasal dari sana lah Sekolah Pesisi Juang berdiri. Lalu kisah ini adalah bukti nyata bahwa harapan dapat tumbuh subur di tepi samudra, ditopang oleh semangat yang tak pernah menyerah.

Sekolah Yang Lahir di Masa Krisis

Sekolah Pesisi Juang
Berbagai kegiatan Sekolah Pesisi Juang (source : GNFI)

Sekolah Pesisi Juang lahir pada Juni 2020, tepat di tengah badai pandemi COVID-19. Saat itu, sistem pembelajaran dipaksa beralih ke daring (online). Bagi anak-anak nelayan di Pesisir Bintaro yang umumnya berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, sistem ini adalah tembok penghalang.

Banyak dari mereka tidak memiliki ponsel pintar, dan bahkan harus menyewa ponsel seharga dua ribu rupiah per jam untuk sekadar mengikuti kelas formal.

Jauhari Tantowi, seorang mahasiswa Teknik Geodesi S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, melihat langsung keterpurukan ini. Ia menyadari bahwa jika dibiarkan, anak-anak ini akan tertinggal jauh.

"Mungkin kita tidak bisa menyelamatkan orang tua mereka (dari keterbatasan ekonomi), tapi kita bisa menyelamatkan anak-anak mereka." Jauhari Tantowi.

Kalimat ini menjadi filosofi dasar yang menggerakkan Jauhari. Dengan kesadaran tersebut, ia bersama beberapa kawannya berinisiatif mendirikan sekolah alternatif non-formal. Berbekal tanah pinjaman seluas 6x10 meter di pinggir Pantai Bintaro, dan dukungan swadaya, Sekolah Pesisi Juang resmi berdiri. 

Mereka membuktikan bahwa perubahan tidak memerlukan gedung megah, melainkan niat dan gotong royong.

Pendidikan yang Merdeka dan Relevan

Filosofi pendidikan di SPJ sejalan dengan semangat Ki Hajar Dewantara, yang menyatakan: "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu."

Sekolah Pesisi Juang
source : GNFI

SPJ tidak hadir sebagai pengganti sekolah formal, melainkan sebagai ruang tumbuh yang melengkapi. Metode pengajaran yang diterapkan sangat interaktif dan menyenangkan (fun learning), menyesuaikan dengan dunia anak-anak pesisir:

  • Penguatan Literasi Dasar: Fokus utama adalah membaca, menulis, dan berhitung, untuk mengejar ketertinggalan materi selama pembelajaran daring.

  • Pembentukan Karakter dan Soft Skill: Anak-anak diajarkan adab, komunikasi, dan yang terpenting, keberanian. Jauhari meyakini bahwa anak nelayan harus lebih berani berbicara, agar mereka dapat memperjuangkan hak-haknya kelak.

  • Pendidikan Lingkungan (Cinta Pesisir): Anak-anak dilibatkan dalam kegiatan clean up pantai, mendaur ulang sampah laut menjadi kerajinan, hingga belajar mengolah hasil laut. Ini menanamkan kecintaan dan tanggung jawab terhadap lingkungan tempat mereka bernaung.

Dari kegiatan-kegiatan ini, anak-anak nelayan yang tadinya pemalu kini tumbuh menjadi lebih komunikatif, kritis, dan berani berinteraksi. Sekolah Pesisi Juang sukses menjadi rumah kedua, tempat mereka menemukan kembali gairah belajar yang sempat luntur.

Bukti Rakyat Yang Bergerak dan Berdaya

Perjuangan Jauhari Tantowi dan para relawannya, yang sepenuhnya berjalan tanpa sokongan dana pemerintah, melainkan murni dari donasi dan swadaya kolektif, akhirnya mendapat pengakuan bergengsi.

Terpilihnya Jauhari Tantowi sebagai finalis 10 besar SATU Indonesia Awards (SIA) 2025 di bidang Pendidikan menjadi pengakuan bahwa inovasi di daerah, sekecil apapun, memiliki dampak besar di level nasional.

Sekolah Pesisi Juang
source : GNFI

Pencapaian ini memiliki makna ganda:

  1. Apresiasi Kualitas: SIA, yang melibatkan dewan juri dari berbagai bidang, membuktikan bahwa program pendidikan non-formal yang diinisiasi oleh anak muda NTB mampu bersaing dengan ribuan peserta dari seluruh Indonesia.

  2. Representasi Timur: Jauhari Tantowi menjadi salah satu wakil Indonesia Timur yang bersinar. Ini mematahkan stigma bahwa pusat inovasi dan prestasi hanya ada di wilayah barat. Pencapaian ini adalah bukti bahwa kecerdasan dan keberdayaan dapat dibangun secara mandiri oleh masyarakat.

Dalam sebuah pernyataannya, Jauhari menegaskan: "Ini bukti bahwa warga lebih berdaya ketimbang negara," sebuah penekanan yang mencerminkan semangat kemandirian dan gotong royong yang menjadi tulang punggung Sekolah Pesisi Juang.

Sekolah sebagai Pusat Peradaban

Jauhari Tantowi tidak berhenti pada pembelajaran formal. Visi ke depan adalah menjadikan Sekolah Pesisir Pejuang sebagai pusat kegiatan terintegrasi yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat pesisir:

  • Pusat Edu-wisata: Mengembangkan sekolah sebagai destinasi wisata edukasi untuk menarik perhatian publik lebih luas terhadap isu pendidikan pesisir.

  • Pusat UMKM: Memanfaatkan lokasi sekolah sebagai gudang produksi dan pelatihan bagi istri-istri nelayan dalam mengolah hasil laut atau kerajinan, sehingga meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarga.

Visi ini sejalan dengan ungkapan seorang tokoh pendidikan: "Pendidikan itu mengobarkan api, bukan mengisi bejana."Jauhari Tantowi mengobarkan api semangat perubahan yang tidak hanya menargetkan anak, tetapi juga memberdayakan seluruh ekosistem keluarga.

Keberhasilan seorang anak nelayan yang kini berhasil kuliah dan kembali menjadi relawan di SPJ adalah bukti nyata keberhasilan model ini. Ini adalah siklus perubahan yang nyata.

Jauhari Tantowi dan Sekolah Pesisi Juang Nusa Tenggara Barat adalah kisah tentang tekad, kepedulian, dan keberanian untuk menjahit kembali mimpi-mimpi yang nyaris terkoyak oleh keterbatasan.

Di tengah ombak besar tantangan pendidikan, Jauhari dan para relawannya bertindak sebagai batu karang, kokoh dan tegar. Apresiasi SATU Indonesia Awards bukan sekadar piala, melainkan pengakuan bahwa ketika anak muda kembali ke masyarakat dan membangun daerahnya dengan hati, hasilnya akan menjadi mercusuar inspirasi bagi seluruh bangsa.

#APA2025-PLM

Han
Han Lebih suka dipanggil Han ketimbang Lohan. Menikmati sebagai penuntut ilmu sejati. Blogger cupu yang punya mimpi seperti bos kapanlagi

إرسال تعليق for "Ombak dan Harapan: Jauhari Tantowi dan Sekolah Pesisi Juang, Cahaya di Nusa Tenggara Barat"