Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rekomendasi Film dengan Cerita Terbaik versi Kapancurhat

Berbicara tentang rekomendasi film dengan cerita terbaik, kita perlu tahu dulu nih apa saja yang memengaruhi sebuah film sehingga bisa disebut sebagai "terbaik".

Banyak unsur yang memengaruhi bagus atau tidaknya sebuah film. Salah satu dari unsur tersebut adalah cerita yang dibawakan oleh film itu sendiri. Sebuah film bisa jadi tidak akan dikatakan bagus meskipun memiliki sinematografi yang sempurna dengan tanpa memiliki scenario cerita yang apik.

Di berbagai festival penghargaan film, biasanya kategori ini dibagi menjadi dua yaitu skenario asli terbaik (best original screenplay) dan skenario adaptasi terbaik (best adapted screenplay). Pada perhelatan Academy Awards ke-92 tahun lalu, Parasite yang didapuk memenangkan kategori Best Picture juga menjadi pemenang di kategori best original screenplay atau skenario asli terbaik. Parasite pada saat itu mengalahkan beberapa film bagus lainnya seperti Knives out, Marriage Story, 1917 dan Once Upon a Time in Hollywood.

Sementara itu best adapted screenplay dimenangkan oleh Taika Waititi dengan filmnya yang berjudul Jojo Rabbit. Film yang diangkat dari novel karya Christine Leunens ini mengalahkan pesaing seperti The Irishman, Joker, Little Woman dan The Two Popes.

Sama halnya dengan Academy Awards, festival film terbesar di Indonesia yaitu Festival Film Indonesia (FFI) juga membagi cerita film terbaik ke dalam skenario asli terbaik dan skenario adaptasi terbaik.

Untuk kategori film dengan skenario asli terbaik, FFI memberi penghargaan kepada Adriyanto Dewo atas skenario yang dia tulis di film Mudik (Homecoming). Sedangkan penghargaan penulis skenario adaptasi terbaik dimenangkan oleh Ernest Prakasa dan istrinya untuk cerita dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

film dengan cerita terbaik

Adriyanto, yang sebelumnya pernah mendapatkan Piala Citra sebagai Sutradara terbaik pada tahun 2014, kali ini mencoba menceritakan kisah perjalanan mudik dari Aida (Putri Ayudia) dan suaminya, Firman (Ibnu Jamil) yang tidak biasa. Di panggung FFI, film ini mengalahkan karya terbaru dari Joko Anwar (Perempuan Tanah Jahannam/ Impetigore), Riri Riza (Humba Dreams), Yosep Anggi Noen (Hiruk Pikuk Al-kisah/ The Science of Fiction).

Ernest Prakasa yang kali ini mengangkat kisah dari novel karya istrinya, mengisahkan tentang perjalanan self-acceptance dari seorang Rara (Jessica Milla). Film ini tidak hanya sukses dari segi kritik tetapi juga menuai sukses secara komersial dengan berhasil mendapatkan jumlah penonton sebanyak lebih dari 2,6 juta orang di bioskop.

Dalam perhelatan FFI Desember lalu, film Imperfect hanya mengalahkan karya Joko Anwar sebagai penulis skenario yaitu film Ratu Ilmu Hitam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika Anda ingin menikmati film terbaru dengan cerita terbaik, Anda lebih baik menyaksikan film Parasite dari Bong Joon-ho, Jojo rabbit, Mudik dan Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

Film film pemenang Academy Awards dan Festival Film Indonesia

Bong Joon-ho membuktikan kalau dia memiliki kapabilitas yang cukup untuk menandingi sutradara kawakan Hollywood seperti Martin Scorsese atau Quentin Tarantino. Terbukti film terakhir karyanya berhasil membawa pulang empat piala Oscar dan salah satu diantaranya adalah film dengan skenario asli terbaik (best original screenplay).

Secara garis besar Parasite menceritakan keluarga Kim yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya dengan menjadi parasit di keluarga Park. Tetapi lebih dari itu, film ini mampu menceritakan kesenjangan sosial dengan mulus dan tanpa plot hole.

Saat keluar dari bioskop, penonton tidak hanya dipancing untuk mendiskusikan lebih lanjut mengenai jalan cerita film ini tetapi juga dipancing untuk coba menelisik filosofi filosofi yang tampil dalam tata artistik film tersebut.

Jojo Rabbit, selaku pemenang best adapted screenplay pada perhelatan Oscar tahun lalu menawarkan cerita tentang Johannes Bletzer (Jojo), anak berusia 10 tahun yang hidup ditengah perang dunia ke-2 dan terindoktrinasi nilai nilai patriotism yang dibawa Hitler.

Menurut dari beberapa kritik, film ini berhasil memadukan komedi satir dengan topik serius dengan sangat baik. Komedi yang ditawarkan oleh film ini bisa jadi hit and miss untuk ukuran orang Indonesia. Mengingat cerita yang diangkat dalam film ini “sangat Eropa”.

Oleh karena itu tidak heran apabila pada awal penayangannya film ini tidak tayang di Indonesia. Namun saat ini Anda bisa menyaksikan film ini melalui layanan streaming online seperti Amazon Prime Video dan Google Play.

Beralih ke film Indonesia. Seperti yang disebutkan di atas, film Mudik karya Adriyanto Dewo berhasil mendapatkan Piala Citra kategori skenario asli tebaik. Mengambil setting kondisi Mudik hari raya, film ini mampu menghadirkan cerita yang memiliki dua masalah yang tumpang tindih dengan apik dan rapi.

Meskipun memiliki kelemahan di eksekusi beberapa adegan, performa Putri Ayudia, Ibnu Jamil dan Asmara Abigail terbilang sangat solid untuk menutupi kelemahan tersebut. Menurut penulis, film ini memang layak memenangkan Piala Citra jika dibandingkan dengan Perempuan Tanah Jahannam karena babak ketiga film karya Joko Anwar ini justru memberikan penyelesaian yang membuat keseluruhan film terasa percuma.

Disisi lain baik film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan dan saingannya, Ratu Ilmu Hitam memiliki jalinan kisah yang sama bagusnya. Imperfect, mampu menghadirkan rasa insecurity dari seseorang yang memiliki badan tambun ketika menghadapi masyarakat sementara Ratu Ilmu Hitam mampu menghadirkan rasa ketakutan akibat cerita dan eksekusi yang dihadirkan dengan baik.

Film Lain dengan Jalan Cerita yang Menarik

Beberapa tahun terakhir ini banyak film yang mengangkat topik tentang woman empowerment termasuk diantaranya film karya Greta Grewig (Lady Bird) terbaru yang berjudul Little Women dan film asal Korea Selatan Kim Ji-young Born 1982.

Kedua film tersebut merupakan film yang diangkat dari novel yang kontroversial di negaranya masing masing. Hanya saja Little Women merupakan karya dari penulis klasik Louisa May Alcott yang telah terbit lebih dari 100 tahun lalu sedangkan Kim Ji-young, Born 1982 merupakan karya kontemporer yang baru terbit tahun di tahun 2016 lalu.

film dengan cerita terbaik
source : IMDB

Gaya penceritaan kedua film ini berbeda. Jika Little Women diceritakan dengan narasi yang maju-mundur (banyak flashback), Kim Ji-young, Born 1982 dituturkan dengan alur maju meski juga terdapat flashback di beberapa bagian.

Namun gaya penceritaan tersebut tidak berpengaruh terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh kedua film itu yaitu bagaimana sejak dahulu (Little Women) hingga kini (Kim Ji-young, Born 1982) perempuan masih dianggap harus menikah, tinggal di rumah dengan tidak banyak memiliki mimpi.

Jajaran pemain yang diusung dalam kedua film ini menyampaikan pesan tersebut dengan sangat baik. Saoirse Ronan menampilkan sosok Jo March yang tomboy dan melawan aturan dengan baik dan Jung Yumi yang menampilkan sosok Kim Ji-young yang memiliki karakter sebaliknya dengan baik juga.

Sama seperti halnya Parasite, kedua film ini memancing penonton untuk berdiskusi seusai keluar dari gedung bioskop. Sebab film-film ini memiliki isu dan nilai yang relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

Jika Anda masih memiliki waktu untuk menyaksikan film film dengan cerita terbaik di atas, maka ada baiknya juga Anda menonton film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini besutan Angga Dwimas Sasongko. Cerita dalam film ini tersusun dengan apik dan rapi serta menghadirkan tema yang relevan dengan banyak keluarga di Indonesia. 

Teman-teman bisa menyaksikannya melalui Broflix Film Hardsub Indo. Selamat Menyaksikan ya!

Han
Han Lebih suka dipanggil Han ketimbang Lohan. Menikmati sebagai penuntut ilmu sejati. Blogger cupu yang punya mimpi seperti bos kapanlagi

إرسال تعليق for "Rekomendasi Film dengan Cerita Terbaik versi Kapancurhat"