Melihat Relasi Manusia dan Makhluk Laut dalam Film The Sea Beast
Tanggal 23 Juli kemarin, kita sebagai warga Negara Indonesia memperingatinya sebagai Hari Anak Nasional. Meski tidak diniatkan secara khusus atau katakanlah tidak ada unsur kesengajaan di dalamnya, kemarin saya menonton satu film animasi anak yang tayang di Netflix.
Judulnya The Sea Beast. Ada yang sudah nonton juga?
![]() |
pict from : imdb.co |
Film The Sea Beast
The
Sea Beast sebenarnya sudah tayang sejak 8 Juli yang
lalu, saya pun sudah antusias nonton sejak awal kemunculannya di Netflix.
Namun, apa daya, godaan drakor terbaru, sangat sulit untuk dicuekin sehingga
baru sempat nonton film tersebut Sabtu kemarin. Itu pun karena sejak awal
tayang sampai saat tulisan ini saya buat, film tersebut masuk daftar top ten Indonesia. Makanya saya langsung
memutuskan untuk nonton. Drakor? Minggir dulu, wqwqwq.
The
Sea Beast adalah film animasi yang disutradarai
oleh Chris Williams yang sebelumnya telah menggarap film animasi Moana, Big hero 6, dan Frozen.
Meski mengangkat tema klasik yaitu persahabatan antara manusia dan hewan dan
hubungannya dengan kelestarian lingkungan, The
Sea Beast, tetap patut untuk dijadikan tontonan seru sebagai pengisi waktu
bersama anak ataupun ditonton sendirian.
The
Sea Beast bercerita tentang kehidupan masyarakat
pesisir yang hidup dalam propaganda bahwa “monster” laut itu jahat. Secara
turun-termurun, para penduduk diwarisi cerita bahwa pernah ada masa terjadinya
malapetaka yang merenggut banyak nyawa penduduk.
Oleh karena cerita tersebut, tidak sedikit
para pendahulu di wilayah tersebut yang ingin terlibat dalam perburuan monster
laut. Bagi mereka, “menghabisi” monster laut adalah satu tindakan heroik yang
dapat menjaga keberlangsungan hidup manusia.
Hingga kemudian, pada suatu perburuan
dengan misi “melenyapkan” monster laut, para awak kapal The Inevitable yang dipimpin oleh Kapten Crow ( Jared Harris) dan
dibantu oleh Jacob (Karl Urban), anak angkatnya, berlayar ke laut lepas.
Perintah dari kerajaan untuk menaklukkan
Red Bluster—monster laut terbesar—membawa mereka pada pertarungan sengit antara
manusia yang merasa monster laut adalah sebuah ancaman dengan monster laut yang
merasa terganggu dengan kehadiran manusia. Jadi, sama-sama berusaha menyerang
dan bertahan, Gaes.
Awal perjalanan mereka tidak berhasil
menuntaskan misi. Di perjalanan kedua, dengan tuntutan yang lebih berat dari pihak
kerajaan, misi berjalan dengan bertambahnya satu penyusup. Seorang anak kecil
yang yatim piatu bernama Maisie. Orang tua Maisie diceritakan meninggal saat
perburuan monster laut yang buas.
Siapa sangka, kehadiran Maisie yang sangat
bersemangat dalam mengikuti perburuan tersebut, pada akhirnya membawa perubahan
besar. Bukan hanya dalam hal misi perburuan yang sedang berjalan, tetapi juga
dalam hal hubungan antara manusia dan makhluk laut.
Jacob dan Maisie yang sempat masuk ke dalam
mulut Red Bluster, terdampar di sebuah pulau dengan beragam makhluk laut yang
asing.
Ketika Jacob akhirnya memutuskan untuk
berhenti berburu, Kapten Crow pun tidak langsung setuju. Dendam dan ambisi yang
telanjur melekat, membuat Kapten Crow merasa keputusan Jacob adalah sebuah
tindakan pengecut.
Apakah Jacob dan Maisie bisa berhasil
lolos? Dan apa yang terjadi hingga penduduk kota bisa berubah pandangan
terhadap makhluk laut? Saya rasa akan lebih mantap jika ditonton sendiri,
hihihi.
The
Sea Beast adalah film apik yang keren banget untuk
dijadikan bahan diskusi atau memperkenalkan pada anak perihal relasi manusia
dengan makhluk hidup lainnya—termasuk makhluk laut. Meski ada makhluk laut yang
tampak seperti monster, bukan berarti mereka bisa dianggap sebagai ancaman,
kehadiran mereka justru penting untuk keseimbangan ekosistem laut itu sendiri.
Tema pentingnya menjaga lingkungan akan
lebih mudah dipahami oleh anak-anak melalui interaksi atau chemistry yang terjalin antara Jacob, Maisie, dan Red Bluster.
Selain itu, kita juga diajak untuk lebih bijak dalam melihat kehadiran makhluk
laut berukuran besar yang kadang dianggap sebagai “monster”.
Insiden menyeramkan yang dialami oleh Jacob
dan Maisie pun pada akhirnya menjadi titik balik yang mengubah pandangan mereka
terhadap makhluk laut. Maisie menyadarai bahwa meskipun berukuran besar dan
tampak seram, makhluk laut belum tentu jahat. Lebih jauh, insiden itu juga
membuka mata Maisei dan Jacob bahwa masih banyak hal dalam dunia ini yang belum
mereka ketahui.
Dari sisi visual, memang agak kurang
rasanya karena saya menonton film ini hanya dengan layar handphone. Sepertinya
akan lebih wah jika ditonton di layar besar. Di luar dari itu, meskipun
ceritanya erat dengan dunia anak-anak, tetapi tetap seru ditonton oleh orang
dewasa.
Sebagai orang dewasa, saya juga menangkap
perihal bagaimana sejarah ditulis sesuai keinginan penguasa. Rasanya kayak
ingat kondisi negara sendiri, hihihi. Betapa berbahayanya jika sejarah
dibelokkan.
Intinya, film ini seru, Gaes. Temanya mainstream, tetapi alurnya memikat dan
nggak bikin bosan. Hadirnya Blue sebagai monster laut mungil pun jadi satu
pemanis yang bikin film ini makin lengkap sebagai sajian hiburan.
Jika butuh bahan tontonan yang bisa
ditonton bersama anak-anak, film ini bisa jadi pilihan. Selamat menonton.
Selamat Hari Anak Nasional. Semoga semua anak tumbuh sehat dan bahagia.
Author : UtamyyNingsih
إرسال تعليق for "Melihat Relasi Manusia dan Makhluk Laut dalam Film The Sea Beast"